Senin, 17 Oktober 2016

KH. ISA ANSHARY

KETUA UMUM PERSIS PERIODE II 1949 - 1962

 Mohammad Isa Anshary dilahirkan di maninjau, Sumatra barat pada 1 juli 1916. Masa kecil dan pendidikan dasarnya ditempuhnya di kampung, usia 16 tahun ia menyelesaikan pendidikanya di madrasah Islam. Usia remaja ia sudah mengenal dan sekaligus terjun ke dunia politik. Seperti pemuda-pemuda Sumatra lainya, Isa Anshary merantau ke Jawa. Ia memilih menetap di kota bandung yang asri dan sejuk. di kota inilah ia bertemu dengan Soekarno yang sempat dikaguminya. Selain dikenal sebagai pemuda yang taat beragama, aktivitas politiknya makin menggebu-gebu. di usia mudanya ia sudah memimpin beberapa organisasiyaiyu ketua persatuan muslimin Indonesia Bandung, Pemimpin Persatuan Pemuda Rakyat Indonesia Bandung, Sekretaris Partai Indonesia Bandung, Serta ikut mendirikan Muhammadiyah Bandung. Isa Anshary, sebagaimana dilukiskan oleh seorang peneliti asing (Boyd R. Compton) memiliki postur tubuh pendek, gemuk, dan bahunya agak bungkuk. Penampilanya pun berbeda dengan orang lain. Pakaian yang selalu menempel pada tubuhnya adalah paduan jas yang ngepas, kemeja putih, kain sarung dengan motif kotak-kotak, serta mengenakan peci hitam. Orang-orang yang mengenalnya mengatakan, bahwa raut wajahnya garang dan tatapan matanya tajam dan meyakinkan. Barangkali satu hal yang mencolok dari tokoh ini adalah adalah sikapnya yang tegas. Dalam hal inilah, ia sering dinilai tidak dapat bersikap kompromistis. Isa Anshary memmang sangat tegas dan lugas, berbeda dengan sahabatnya M. Natsir, yang selalu mengandalkan cara-cara nalar dan persuasif. Ambil contoh, bila moh Natsir dapat berkata, "Tunggulah" untuk sebuah sikap atau tindakan tertentu yang dihadapkan kepadanya, tetapi Isa Anshary dengan lantang berseru, "Gempur saja". Herber feith menyebutnya sebagai figur politisi fundamentalis yang memiliki keyakinan hebat. Oleeh karena itu, di zaman jepang, dengan keberanianya ia telah mengomandani Gerakan Anti-Fasis (Geraf), Biro Penerangan Pusat Tenaga Rakyat (putera) priangan, Memimpin angkatan muda Indonesia 9untuk persiapan kemerdekaan), serta mengorganisir Majelis Islam yang membentuk kader-kader Islam. Sebagai Mubaligh, ucapan-ucapanya terlampau fasih, pembawaanya garang sehingga setiap kali tampil di mimbar, nyaris semua orang yang hadir tidak pernah melepaskan pandangan kepadanya. Pidatonya selalu bergelora, bukan lagi satu atau dua kasus saat naik mimbar ia ditegur oleh aparat keamanan, bahkan banyak isi pidatonya yang dilarang untuk diungkapkan. Begitu dilarang Isa Anshary selalu bertanya, "Siapa yang melarangnya?'' Petugas keamanan biasanya hanya bisa menjawab, "Larangan dari atas alias penguasa." Tidak aneh bila ia mendapat julukan "Singa Mimbar". KH. Muhammad Isa Anshary adalah salah satu pilar yang membangun PERSIS. Selama memimpin PERSIS, perannya sangat menonjol. Ia selalu memberikan arahan dan warna bagi organisasi ini. Selain sebagai mubaligh, Isa Anshary juga dikenal sebagai penulis yang tajam. Ia termasuk salah seorang perancang Qanun Asasi PERSIS yang telah diterima secara bulat oleh Muktamar V PERSIS (1953) dan disempurnakan pada Muktamar VIII PERSIS (1967). Dalam sikap jihadnya, Isa Anshary menganggap perjuangan PERSIS sungguh vital dan kompleks, karena menyangkut berbagai bidang kehidupan umat. Dalam bidang pembinaan kader, Isa Anshary menekankan pentingnya sebuah madrasah, tempat membina kader-kader muda PERSIS. Meskipun Isa Anshary dikenal sebagai politisi yang nonkompromis, tetapi ia tidak setuju jika cara-cara perjuangan dilakukan dengan konfrontasi anarkis. Dialah Isa Anshary, politisi yang memihakkan diri pada Islam dan menjadikannya sebagai pedoman hidup dan perjuangan. Dalam memperjuangkan tegaknya syariat Islam di Indonesia, Isa Anshary memilih berjuang melalui parlemen. Isa Anshari tidak mengenal lelah. Sampai menjelang akhir hayatnya dia tetap bekerja untuk umat. Dia meninggal di Bandung pada 11/12/1969, saat berumur 53 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar